Senin, 21 Juli 2014

Menguak sisi postif Anak Punk



Artikel saya di blog PIKR SMAN 11 Bekasi.

Saya sebagai menulis sebenarnya tidak terpikir akan membuat sebuah artikel ini apabila admin blog ini tidak meminta saya untuk menulis artikel lagi mengenai remaja. Yap, saya memilih anak Punk menjadi pokok bahasan pada artikel ini. Saya ingin memberitahu kepada pembaca, tidak selamanya orang yang buruk, terlihat buruk. Jangan pernah memandang seperti bajak laut, yang hanya menggunakan salah satu matanya saja. Marilah kita berfikir secara rasional. Dalam pembuatan artikel ini, saya mendapatkan informasi dari salah seorang teman saya, yang dulunya adalah anak nakal dan sempat mengenal lingkungan punk. Capcusss!!!!

Apa sih anak punk ? Pada sebenarnya anak punk itu sama seperti remaja lainnya. Sama-sama makan nasi, sama-sama butuh tidur, sama-sama bernafas. Betul tidak ? pasti betul. Hanya saja, anak punk ini memiliki latar belakang yang berbeda, mengapa mereka terjerumus pada lingkungan yang tidak sehat ? ya, pada umumnya keluarga yang broken home. Broken home kini bukan menjadi hal yang tabu lagi, dari anak tk saja sudah tau arti dari broken home atau perceraian. Kita harus memahami keadaan psikologis anak bukan sekedar materi saja atau fisik dari anak tersebut. Pada dasarnya, setiap anak memerlukan kasih sayang orang tuanya. Lalu, bagaimana yang broken home ? Pada umumnya, orang tua yang broken home, tidak dapat memberikan kasih sayang yang optimal kepada buah hatinya. Inilah yang menyebabkan adanya rasa gejolak pada diri anak untuk melampiaskan apa yang dia rasa. Mungkin ada yang terjun ke pergaulan bebas,dunia narkoba termasuk komunitas anak punk

Menurut keterangan yang saya dapat dari teman saya, banyak orang yang memandang sebelah mata tentang anak Punk. Dengan pakaian yang hitam berduri, sepatu boot, dan rambut Mohawk, membuat masyarakat merasa resah akan kehadirannya.  Sebenarnya, kalau menurut saya pribadi, penilaian masyarakat itu wajar, coba bayangkan, seandainya anda bertemu dengan mereka ? Apa yang anda lakukan ? Kalau saya pribadi, saya langsung lari. Menurut keterangan teman saya, anak punk walau berpenampilan sangar, mereka masih mempunyai hati nurani walau cuma setetes air. Sayangnya masyarakat hanya melihat keburukan mereka.

Anak punk bisa dibilang anak mandiri. Yap, walaupun mereka seperti terlihat anak brandal, mereka masih mau mencari uang sendiri daripada mengemis. Ya, seperti menjadi musisi jalanan. Mereka selalu bekerja dengan menyanyi walau suara mereka bisa dibilang pas-pasan. Tetapi, dari sini ada makna tersirat, yaitu gigih untuk berkerja. Mereka kerja siang-malam demi sesuap nasi. Bagaimana dengan anda ? Saya yakin para pembaca, memiliki keadaan ekonomi yang jauh diatas mereka. Maka, giatlah bekerja. Dan ingat, LEBIH BAIK TANGAN DIATAS DARIPADA TANGAN DIBAWAH.

Lalu, suatu hari teman saya pergi ke fly over pasar Rebo. Teman saya sempat memberikan uang, ya walau hanya Rp 1000,00 karena anak punk disana telah menyanyikan sebuah lagu. Lalu, tiba-tiba, datang anak STM lainnya. Dan hal yang paling mencenangkan, anak punk itu membela teman saya walaupun mereka tidak kenal dengan teman saya. Teman saya sangat beruntung dengan uang Rp 1000,00 dia dapat selamat. Makna dari kejadian ini adalah SALING MEMBANTU KARENA RASA PERSAUDARAAN. MEMBELA TEMAN DARI YANG JAHAT ADALAH SALAH SATU PERILAKU TERPUJI.

Taukah anda, anak punk ini memiliki rasa persaudaraan dan rasa solidaritas yang sangat tinggi. Mereka rela memakan sebungkus nasi dan semangkuk soto ayam  dibagi 7 orang. Kebayang dong gimana ? dan lebih parahnya lagi mereka cuma makan 1 kali dalam sehari. Hmm, menyedihkan ya padahal pejabat negara ini bergelimang harta, minimal ya naik Alphard. Tetapi rakyatnya banyak yang makan 1 kali sehari ataupun makan nasi aking. Sungguh sangat menyayat hati. Pernahkah nggak, ada teman cuman minta jajanan kita tapi nggak kita kasih ? Misalnya pernah nggak dikasih, apalagi jajanan anda dibagi 7 orang, pasti langsung marah-marah. PADA INTINYA, KITA HARUS PUNYA RASA SOLIDARITAS YANG TINGGI, JANGAN MEMENTINGKAN KEPENTINGAN PRIBADI.

Tetapi, walaupun anak punk memiliki sisi positif, Pemerintah wajib memberikan sebuah pendidikan kepada mereka agar tidak melakukan hal-hal negatif. Misalnya dengan pemberian pendidikan ataupun keterampilan sehingga membuat kehidupan anak punk lebih tertata dan tidak menjadi debu yang selalu mengikuti kemana arah angin alias tidak punya tujuan hidup. Okelah sekian, tulisan saya. Semoga dapat menambah wawasan pembaca dan bermanfaat. SESUATU YANG BURUK BELUM TENTU TERLIHAT BURUK. Terimakasih.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Posts

Introduction